Makalah Pandangan Islam terhadap Masyarakat



Pendahuluan
Islam sebagai sumber dan jalan kebenaran yang berasal dari Allah Ta’ala adalah pandangan hidup yang bukan saja diperuntukkan bagi kesejahteraan dan kebahagiaan umat Islam melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Islam yang bersumber dari kebenaran ilahiyah, baik yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Saw adalah petunjuk jalan segala zaman. Demikian pula Islam mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dengan Tuhannya dan dengan alam lingkungannya.
Kunci kepribadian masyarakat Islam adalah akidah, syari’at dan akhlak Islam. Jika akidah memberikan arah tujuan pergerakan masyarakat, syari’at memberikan batasan-batasan cara maupun metode menempuh arah tujuan tersebut dengan benar, maka akhlak menghiasi jalan tujuan tersebut sehingga indah dan menyenangkan.

Pandangan Islam Terhadap Mayarakat
A.  Hakikat Masyarakat
Menurut bahasa masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Seperti bahasa, Kelompok orang yang merasa memiliki bahasa bersama, yang termasuk dalam kelompok itu. “Ber, ma, sya, ra, kat” 1. Merupakan masyarakat makhluk yang; 2. Bersekutu; bersatu membentuk masyarakat; hidup secara rukun. “Me, ma, sya, ra, kat; menjadi persoalan masyarakat meluas (menyebar) ke masyarakat. “me, ma, sya, ra, kat, kan” 1. Menjadikan sebagai anggota masyarakat ; seperti  ; bekas narapidana, mereka berusaha menjadi anggota masyarakat; 2. menjadikan di kenal oleh masyarakat; seperti; usaha gerakan pramuka.[1]
Dalam bahasa Inggris, masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti kawan.. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu Syirk, artinya bergaul.Adanya saling bergaul ini, tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsure-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Masyarakat disebut pula kesatuan sosial, karena mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang erat[2].
Sedangkan menurut istilah masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yag saling terkait oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum khas, dan yang hidup bersama. Menurut Filsafat Pendidikan Islam dalam kaitannya dengan pendidikan didasari oleh lima prinsip yang salah satunya adalah pandangan terhadap masyarakat.[3] Prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan terhadap masyarakat berisikan dua pemikiran bahwa:
  1. Masyarakat merupakan kumpulan individu yang terikat oleh kesatuan berbagai aspek seperti tanah air, budaya, agama,tradisi dan lain-lainnya.
  2. Masyarakat Islam memiliki identitas tersendiri yang secara prinsip berbeda dari masyarakat lainnya.[4]
B.  Dasar Pembentukan Masyarakat Islam

Penelaahan di  sini  didasarkan  atas  istilah  ummah  yang digunakan  al-Qur'an.  Tentu  saja,  membatasi  penelaahan  dengan semata  pada  istilah  yang  digunakan  akan  dengan  sendirinya mempersempitkan  atau  menjadikan  pemahaman  tentang masyarakat  ideal  dalam al-Qur'an  tidak  utuh,  karena ayat-ayat  lain yang  tidak  dicantumkan  di  sini  juga  memuat  idealitas  masyarakat, meski istilah kunci tersebut tidak ditemukan. Oleh karena itu, penjelasan dalam ayat-ayat lain yang dikemukakan sebagai penjelas. Istilah ummah salah satunya dapat dilihat dalam surat ali-Imran ayat 104:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.

Ayat ini menyatakan bahwa pembentukan masyarakat adalah ditegakkan atas dasar-dasar kebaikan, yang ma’ruf dan yang tidak tercela. Oleh sebab itu, aturan-aturan ini semuanya berdasarkan pada wahyu, maka tugas utama masyarakat islam adalah mengetahui dan menjaga wahyu-wahyu ini.
Tetapi yang penting ialah bahwa umat manusia juga membuat suatu perjanjian dengan Allah yang terdapat dalam firman Allah surat al-A’raaf: 172
“dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"

Oleh karena itu, aspek daripada perjanjian umat manusia dengan Allah adalah melaksanakan, menyaksikan, dan menjaga islam itu sendiri merupakan suatu amanah yang dipikulkan kepadanya. Selanjutnya masyarakat juga harus berfungsi sebagai saksi kepada seluruh umat manusia tentang konsep islam bahwa seluruh kehidupan, pengetahuan, dan kekuasaan yang ada pada manusia adalah suatu amanah. Malah ditegaskan dalam suatu al-Qur’an bahwa masyarakat inilah yang terbaik yang diutus kepada umat manusia sebab mereka memerintahkan yang baik, melarang yang mungkar dan beriman kepada Allah yang terdapat dalam surat ali-Imran ayat 104:
“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.

Jadi ada 2 syarat utama untuk menjadi masyarakat model  (ideal society) yang dijanjikan Allah itu yaitu
a.       Sanggup menaburkan kebaikan
b.      Membasmi kemungkaran di atas bumi di samping beriman kepada Allah.[5]

C.    Karakteristik Masyarakat Islam
. Ciri ciri utama masyarakat islam adalah bahwa masyarakat itu bebas dan suci. Bebas menurut islam sangat luas dan dalam pengertiannya bebas dari semua yang menghalangi setiap orang dan masyarakat melakukan tindakan yang benar. Bebas dari semua nilai-nilai palsu dan hal-hal yang menghambat manusia untuk maju dan berkembang. Bebas menurut nilai-nilai kemanusiaan, bukan lepas dari batas-batas kemanusiaan itu sendiri, dan dengan demikian berarti bebas yang suci tidak bercampur dengan kebebasan hewani. Bila manusia bebas dari pemujaan terhadap selain Allah, maka ia akan menemukan dirinya memiliki kekuatan dasar yang sangat potensial dan bergerak maju, tidak terhalangi oleh sesuatu yang tidak baik, dan tidak tunduk kepada sesuatu selain yang di perintahkan oleh Khaliq yang pasti selalu baik. Pada saat itu tampillah ia menciptakan suatu struktur dalam hidup ini yang menghasilkan kebebasan yang bersumber dari kepatuhan kepada Allah dan melaksanakan pedoman yang diberikannya.

Adapun Ciri-ciri masyarakat islam lainnya adalah:
1.      Masyarakat islam itu beriman kepada Allah, nabi dan rasul, kitab-kitab samawi, hari akhirat, hari kebangkitan, perhitungan dan balasan.
2.      Masyarakat islam meletakkan islam pada tempat yang tinggi.
3.      Masyarakat islam memberi penilaian yang tinggi kepada akhlak dan tatasusila.
4.      Masyarakat islam memberi perhatian utama kepada ilmu, sebab ilmu dianggap sebagai cara yang terbaik untuk memantapkan akidah dan agama.
5.      Masyarakat islam menghormati dan menjaga kehormatan insan. Tidak memandang perbedaan warna kulit, bangsa, agama, harta dan keturunan.
6.      Keluarga dan kehidupan berkeluarga mendapat perhatian besar  dalam masyarakat islam, masyarakat islam menguatkan ikatan dan binaan keluarga.
7.      Masyarakat islam adalah masyarakat dinamis dan bertekad untuk berkembang dan berubah dengan pesat dan terus menerus.
8.      Masyarakat islam adalah masyarakat yang terbuka, boleh menerima pengaruh yang baik dari masyarakat lain terutama di bidang ilmu pengetahuan.
9.      Masyarakat islam bersifat insaniah, saling kasih mengasihi, ramah tamah, tolong menolong baantu membantu antara satu sama lain.[6]
D.    Hubungan Masyarakat dengan Pendidikan Islam
Dalam pandangan mengenai hubungan masyarakat dengan pendidikan Islam, Pemakalah sependapat dengan pendapat Restu Andrian,seorang penulis blog yang telah kami kutip pendapatnya, yaitu, masyarakat dan pendidikan merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, masyarakat membutuhkan pendidikan begitu pula sebaliknya, tanpa masyarakat pendidikan tidak akan berjalan dengan baik karena didalam pendidikan terdapat unsur masyarakat seperti guru, peserta didik dan lainnya, begitupula sebaliknya tanpa ada pendidikan masyarakat akan menjadi bodoh dan tidak mempunyai ilmu pengetahuan.[7] Selain itu, masyarakat juga dipandang sebagai laboratorium dimana anak belajar, menyelidiki turut serta dalam usaha-usaha masyarakat yang mengandung unsur-unsur masyarakat.[8]
Pendidikan dalam arti yang luas adalah usaha untuk mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam suatu masyarakat.[9] Islam juga telah mengatur berbagai hal, begitu juga pendidikan dengan segala aspeknya. Menurut pemakalah, Jika dikatakan pendidikan Islam dalam arti yang luas maka ia adalah usaha untuk mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan Islam kepada setiap individu dalam suatu masyarakat.
Menurut konsep ajaran Islam,jika manusia mematuhi ketentuan pedoman wahyu dan keteladanan Rasulullah Saw. itu secara jujur dan ikhlas, maka ia akan tumbuh menjadi manusia yang seimbang dan sejalan dengan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian ia berpeluang untuk mencapai tujuannya sebagai pengabdi Allah yang setia serta menjalankan misi kekhalifaan dimuka bumi. Sebagai pengabdi ia akan tunduk dan patuh menjalankan perintah Allah, dan selaku khalifatnya manusia tersebut berpeluang untuk memakmurkan kehidupan bumi sebagaiman terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 30:
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Atas dasar ini, kita dapat berkata bahwa tujuan pendidikan al-Quran adalah “membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah, atau dengan kata yang lebih singkat dan sering digunakan oleh al-Quran, “untuk bertakwa kepada-Nya.”[10]
Berdasarkan pemikiran itu pula, maka dalam konsep pendidikan  Segala bentuk aturan harus dijaga oleh manusia sebagai makhluk-Nya yang memiliki nilai lebih, karena potensi yang ia miliki sesuai dengan al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 31:
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

Oleh karena segala bentuk aturan harus dijaga dan dipelihara oleh manusia,  maka cara menjaganya adalah dengan memelihara hubungan yang baik kepada Pencipta dan hubungan baik kepada manusia, sebagaimana terdapat dalam surat ali-Imran ayat 103 dan 112:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.



Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu Karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.

Bentuk hubungan yang seperti ini termuat dalam konsep akhlaq al-karimah (akhlak yang mulia) dengan Rasul (utusan-Nya) sebagai tolak ukur dan teladan agung sesuai dengan al-Quran surat al-Qalam ayat 4:

  Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.[11]
Menurut Pemakalah, dalam pembentukan masyarakat yang ideal, pendidikan islam juga sangat berperan penting untuk menetapkan nasib sebuah masyarakat, disamping masyarakat itu sendiri.Tidak hanya nasib mereka di dunia, tetapi juga nasib masyarakat itu diakhirat, karena setiap masyarakat harus mempertanggungjawabkan apa saja yang telah mereka mereka lakukan.
Islam sebagai agama, dalam arti menghendaki perubahan terhadap masyarakat, dari hal yang negatif menuju hal-hal yang positif.  Masyarakat jahiliyah memilki pola pikir, sikap dan tingkah laku terpuji dan tercela. Dalam hal ini, Islam menerima dan mengembangkan yang terpuji, menolak dan meluruskan yang tercela. Perubahan dapat terlaksanan akibat pemahaman dan penghayatan nilai-nilai al-Quran, serta kemampuan memanfaatkan dan menyesuaikan diri dengan hukum-hukum sejarah dalam masyarakat, dimana hukum-hukum tersebut tidak mungkin mengalami perubahan. Sebagaimana yang terdapat dalam surah
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Perubahan yang terjadi pada satu-dua orang yang tidak mampu mengalirkan arus kepada masyarakat, tidak mungkin dapat menghasilkan perubahan masyarakat. Perubahan yang terjadi pada diri seseorang harus diwujudkan dalam suatu landasan yang kokoh serta berkaitan erat dengannya, sehingga perubahan yang terjadi pada dirinya itu menciptakan arus, gelombang, atau paling sedikit riak yang menyentuh orang-orang lain.
Demikianlah, maka pembinaan individu berbarengan dengan pembinaan masyarakat. Karena pentingnya kaitan pribadi-pribadi dengan masyarakat, dan karena Al-Quran sejak mula bertujuan mengubah masyarakat, maka ditemukan banyak ayatnya yang berbicara tentang tanggung jawab kolektif( masyarakat) disamping tanggung jawab pribadi sebagaimana ia berbicara tentang ajal (batas manusia) dan ajal masyarakat.
Hubungannya dengan pendidikan Islam yang lainnya adalah terkait dengan fungsi pendidikan Islam itu sendiri yang diantaranya adalah; menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat  pada masa yang akan datang, memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda dan memindahkan niali-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu masyarakat dan peradaban.[12]

Daftar Pustaka
Al-Quran Al- Karim
Tim Penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud, 1994. Balai Pustaka: Jakarta Ed. II
Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: konsep dan Perkembangan Pemikirannya, 1994. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Hasan Langgulung Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. 1980, Al-Ma’arif: Bandung, Cet I
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,, 1986. Pustaka al husna : Jakarta
M.Quraish Shihab, “Membumikan”  Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, 1992. Penerbit Mizan: Bandung, Cet. I
E-learning Gunadarma .ac. id, Pdf Bab X Agama dan Masyarakat ,Pendidikan Agama Islam
Restuandrian.blogspot.com/2013/01/hubungan-masyarakat-dengan-pendidikan_40555.html?m=1






[1] Tim Penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud, Ed. II., (Balai Pustaka: Jakarta) 1994, hal. 635
[2] E-learning Gunadarma .ac. id, Pdf Bab X Agama dan Masyarakat ,Pendidikan Agama Islam,hal.20
[3] Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: konsep dan Perkembangan Pemikirannya. (PT Raja Grafindo Persada: Jakarta), 1994. hal. 22
[4] Ibid.,hal.24
[5] Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,( Pustaka al husna : Jakarta), 1986, hal. 83
[6]  Ibid., hal. 84
[7] Restuandrian.blogspot.com/2013/01/hubungan-masyarakat-dengan-pendidikan_40555.html?m=1
[8] Ibid.,
[9] Jalaluddin & Usman Said, Op.Cit., hal.12
[10] M.Quraish Shihab, “Membumikan”  Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Penerbit Mizan: Bandung), 1992, Cet. I, hal.172-173
[11] Jalaluddin & Usman Said, Op.Cit.,hal.22
[12] Hasan Langgulung. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. (Al-Ma’arif: Bandung), 1980, Cet I,hal. 92

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tahsin al-Kitabah

MAKALAH HADITS (PERSAUDARAAN SE-SAMA MUSLIM )